Kristianto Dw
Muh. Amran Amir
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara megabiodiversity, artinya mempunyai keanekaragaman yang tinggi. Walaupun luas Indonesia hanya 1,3% dari luas total daratan dunia, Indonesia memiliki sedikitnya 90 tipe ekosistem, mulai dari padang salju di puncak Jaya Wijaya, alpin, sub pegunungan hingga hutan dataran rendah, hutan pantai, padang rumput, savana, lahan basah, muara dan pesisir pantai, mangrove, padang lamun, terumbu karang hingga perairan laut dalam. Dalam hal kekayaan spesies di Indonesia terdapat sekitar 12% (515 spesies, 39% endemik) dari total spesies mamalia, 7,3% (511 spesies, 150 endemik) dari total spesies reptil di dunia, sekitar 17% (1531 spesies, 397 endemik) dari total spesies burung di dunia, 270 spesies amfibi (100 endemik), dan 2.827 spesies binatang tidak bertulang belakang, selain ikan air tawar (Indrawan et al., 2008). Keanekaragaman hayati di Indonesia kurang dikenal oleh masyarakat Indonesia sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2007) yang melakukan penelitian tentang pemahaman dan kepedulian pelajar tentang keanekaragaman hayati di SD Negeri Kota Sukabumi, menunjukkan hasil bahwa tingkat pemahaman siswa tentang keanekaragaman hayati masih rendah.
Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam hayati yang sangat berperan penting dalam menunjang kehidupan mahluk hidup dan memiliki hubungan saling ketergantungan satu sama lain. Sebagai sumberdaya alam hayati, hutan bukan semata berfungsi untuk menghasilkan hasil hutan yang secara langsung dapat dirasakan manfaatnya (tangible) seperti hasil hutan kayu dan bukan kayu, namun dari segi ekologi juga memiliki fungsi secara tidak langsung dan dinilainya sulit dihitung (intangible) seperti mengatur hidrologi dan tata iklim global, menetralisasi gas beracun serta sebagai ekosistem pengasuh ekosistem lainnya. Oleh karena itu pemanfaatan dan pengelolaan hutan harus dilakukan berdasarkan prinsip kelestarian (sustainable principle) untuk menunjang pembangunan berkelanjutan. Namun demikian, apabila hutan tidak dikelola secara arif dan bijaksana, hutan dapat musnah dan keanekaragaman hayatinya akan punah. Keanekaragaman hayati yang sudah punah tidak dapat dihidupkan dan juga tidak dapat diciptakan kembali.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayati yang terjadi selama ini tidak dapat dipungkiri telah menjadi penyebab utama terjadinya degradasi hutan yang sangat besar. Rendahnya kesadaran pemerintah dan masyarakat akan pentingnya manfaat hutan juga mendorong semakin meningkatnya laju degradasi. Menurut laporan World Bank yang menyatakan bahwa laju kerusakan hutan Indonesia terus meningkat dari hanya 900 ribu hektar per tahun (era 1980 – 1990), menjadi sekitar dua juta hektar per tahun. Untuk itu tekanan terhadap hutan harus semakin dikurangi untuk mencegah percepatan kerusakan sumberdaya hutan dan lingkungan. Penebangan hutan adalah contoh paling nyata bahwa masyarakat tidak peduli dengan lingkunannya tersebut. Padahal hutan merupakan benteng terakhir untuk melindungi flora dan fauna, disamping fungsinya untuk mencegah banjir dan kekeringan serta dapat mengurangi gas emisi rumah kaca penyebab pemanasan global. Berbagai bencana alam sebagai akibat dari tidak lagi berfungsinya ekosistem hutan telah terjadi dan cenderung semakin memprihatinkan. Namun demikian, fenomena alam tersebut seakan belum mampu menyadarkan pemerintah, masyarakat dan stakeholder akan pentingnya pengelolaan hutan secara lestari.
Dari latar belakang tersebut, diperlukan suatu usaha pendidikan konservasi dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat agar memiliki pemahaman tentang arti sumberdaya hayati dan lingkungan. Dengan adanya pemahaman tersebut diharapkan mereka peduli dan simpati terhadap sumberdaya hayati dan lingkungan. Harus diakui bahwa merubah dan mempengaruhi pola dan perilaku masyarakat tidak mudah. Oleh karena itu pemahaman konservasi harus ditanamkan sejak dini agar pengertian, pemahaman, tindak dan perilaku konservasi telah menjadi kebiasan hidup masyarakat. Usaha tersebut memerlukan waktu yang lama dan membutuhkan keterkaitan semua pihak, baik pemerintah, institusi, lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakat serta semua lapisan masyarakat.
Proposal ini dibuat untuk meningkatkan upaya pentingnya konservasi kepada masyarakat sejak dini. Salah satu lapisan masyarakat yang menjadi target pendidikan konservasi untuk usia dini adalah pelajar di tingkat Sekolah Dasar (SD) khususnya SD unggulan. Mereka merupakan sasaran yang potensial dan produktif untuk dapat menerima wawasan akan pentingnya pelestarian sumberdaya alam hayati dan lingkungan. Kemudian mereka juga dipilih apabila nantinya berhasil akan dapat membawa pemikiran konservasi. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan keterampilan para pelajar pada usia dini. Oleh sebab itu pengetahuan tentang konservasi, lingkungan, dan biodiversity yang terancam punah sudah saatnya dimasukkan dalam muatan kurikulum sekolah dengan penyampaian yang lebih menarik dan melibatkan aspek kognitif (kecerdasan), afektif (perasaan), psikomotorik (keterampilan) dan sosial.
B. Tujuan
Melalui penjelasan di kelas dan peninjauan di alam, tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk :
1. Memberikan informasi kepada siswa usia dini mengenai biodiversity sebagai sumberdaya alam hayati beserta lingkungannya yang ada di Indonesia.
2. Memberikan pemahaman kepada siswa usia dini mengenai manfaat ekonomi, ekologi, sosial dan budaya dari sumberdaya hayati.
3. Menanamkan dan membangkitkan kesadaran siswa usia dini mengenai pentingnya konservasi sumberdaya alam hayati dan lingkungan bagi pembangunan bangsa Indonesia.
4. Mengajak siswa usia dini menerapkan kebiasaan hidup dengan mengedepankan prinsip-prinsip kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.
C. Keluaran (Output)
Adapun output yang diharapkan dari kegiatan ini adalah :
1. Siswa diharapkan memiliki wawasan dan pengetahuan mengenai konservasi sumberdaya alam hayati, dan lingkungan
2. Siswa diharapakan memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya kelestarian sumberdaya alam hayati , dan lingkungan
3. Siswa diharapkan sejak usia dini memiliki kebiasaan hidup dengan mengedepankan prinsip-prinsip kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.
D. Dampak
Sejumlah siswa usia dini yang telah mengikuti program ini akan menularkan gaya hidup sadar konservasi sumberdaya alam, khususnya sumberdaya alam hayati dan lingkungan hidup. Dengan demikian diharapkan kedepan bahwa sumberdaya alam di Indonesia akan dikelola dan dimanfaatkan secara lestari dan berkelanjutan, demikian juga lingkungan hidup akan terjaga kualitasnya.
II. METODOLOGI
A. Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan ini direncanakan selama satu semester dengan 16 kali pertemuan
B. Peserta dan Pelaksana Kegiatan
Target peserta didik atau konservasionis muda yang akan terlibat dalam kegiatan ini adalah Sekolah Dasar Unggulan yang terdapat di Kota Makassar. Ada 10 SD yang dipilih berdasarkan pendataan sekolah dasar unggulan yaitu : SD. Mangkura, Nusantara, Atirah, Sudirman, Kartika, Dian Harapan, Katolik Rajawali, Monginsidi, Ikip, dan Mamajang, khusus untuk kelas 3 dan 4.
Adapun pelaksana dalam kegiatan ini adalah Yayasan LAPAL (Lembaga Pengabdian pada Alam Lestari) dibawah binaan Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata UNHAS yang kemudian akan bekerjasama dengan pihak Sekolah terkait, Pemerintah Kota Makassar dan Provinsi Sulawesi Selatan, Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Balai Konservasi Sumberdaya Alam, dan Lembaga Donor (Funding).
C. Alat, Bahan dan Sarana yang Diperlukan
Alat, bahan dan sarana yang diperlukan dalam kegiatan ini sebagai berikut :
1. Perlengkapan audio visual (Laptop, LCD Proyektor, dan Sound system)
2. Alat transfer informasi seperti : gambar, poster, CD film dokumenter dan specimen flora dan fauna
3. Kurikulum (RPP) dan materi (makalah) yang akan disampaikan
4. Alat tulis menulis
5. Sarana dan prasarana kegiatan games dan outbond
6. Alat domentasi (Kamera digital dan Handycam)
D. Bentuk Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk mata pelajaran muatan lokal (kokurikuler). Bentuk penyampaian materi berupa teori pemahaman di dalam kelas dan kegiatan di luar kelas (studi lapang, games dan outbond).
III. MATERI DAN KURIKULUM
A. Materi Kegiatan
Materi kegiatan terdiri 14 kali pertemuan, 2 kali pertemuan dilakukan di dalam dan diluar kelas serta empat kali melakukan studi lapang (outdoor). Adapun materi yang dberikan yaitu :
Minggu | Kompetensi | Materi Pembelajaran | Metode Pembelajaran | Sumber Pembelajaran |
1 | 2 | 3 | 4 | 5 |
I | Dapat menjelaskan tujuan belajar pelestarian SDH | Pendahuluan | Ceramah | Buku Biologi Konservasi (Indrawan) |
II | Dapat menjelaskan keanekaragamanan hayati darat beserta manfaatnya | Pengenalan keanekaragaman hayati darat | Multi media show Ceramah | Film ekosistem hutan hujan tropis dan ensiklopedi poster keanekaragaman hayati |
III | Dapat menjelaskan keanekaragamanan hayati perairan beserta manfaatnya | Pengenalan keanekaragaman hayati perairan | Multi media show Ceramah | Film ekosistem laut tropis dan ensiklopedi poseter keanekaragaman hayati |
IV | Dapat menjelaskan definisi dan proses yang terjadi dalam ekosistem | Ekosistem | Ceramah Diskusi | - Dasar-Dasar Ekologi (Odum) - Prnsip-prinsip ekologi dan organisasi : ekosistem, komunitas dan lingkungan (Irwan) |
V | Dapat menjelaskan manfaat ekologi keanekaragaman hayati | Manfaat ekologi keanekaragaman hayati | Ceramah Diskusi Games | Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya (Dirjen PHKA) |
VI | Dapat menjelaskan nilai ekonomi keanekaragaman hayati | Nilai ekonomi keanekaragaman hayati | Ceramah Diskusi Games | Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya (Dirjen PHKA) |
VII | Bersikap konservatif dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati | Menjaga kelestarian keanekaragaman hayati | Ceramah Diskusi Simulasi | - Buku Biologi Konservasi (Indrawan) - Strategi konservasi keanekaragaman hayati |
VIII | Dapat mengenali keanekaragaman hayati di alam | Pengenalan keanekaragaman hayati di alam | Kunjungan lapangan ke Taman Nasional Babul | Alam |
IX | Dapat menjelaskan makna lingkungan hidup bagi manusia | Manusia dan lingkungan hidup | Ceramah Diskusi | Pengantar pengelolaan lingkungan hidup |
X | Dapat menjelaskan faktor- faktor pencemaran dan dampaknya terhadap keanekaragaman hayati | Pencemaran lingkungan dan dampaknya terhadap keanekaragaman hayati | Ceramah Diskusi | Analisis mengnai dampak lingkungan hidup |
XI | Dapat menjelaskan faktor- faktor pencemaran dan dampaknya terhadap manusia | Pencemaran lingkungan dan dampaknya manusia | Ceramah Diskusi | Analisis mengenai dampak lingkungan hidup |
XII | Dapat menjelaskan faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya pemanasan dan perubahan iklim global | Pemanasan dan perubahan iklim global | Multimedia show Ceramah Diskusi | Film pemanasan global |
XIII | Dapat menjaga kualitas lingkungan hidup dalam kehidupan sehari hari | Menjaga lingkungan hidup | Ceramah Simulasi | Alat peraga |
XIV | Dapat bertindak untuk mencegah penyakit dan menerapkan pola hidup sehat | Kesehatan lingkungan | Ceramah Simulasi | Alat peraga |
XV | Dapat mengenal berbagai permasalahan lingkungan hidup di alam | Pengenalan lingkungan hidup di alam | Kunjungan lapangan ke Kawasan Industri Makassar | Industri perusahaan |
XVI | Termotivasi untuk menerapkan materi yang telah diberikan | Outbond (Pelantikan sebagai konservationist muda) | Games | Alam |
Lampiran 1. Daftar Lembaga Pendidikan Formal Tingkat SD Unggulan yang Terdapat di Kota Makassar
No. | Nama Sekolah | Alamat | Nama Kepala Sekolah |
1 | SDN Mangkura I | Jl. Botolempangan No. 65 | Dra.Hj.Andi Fatimah B |
2 | SD Nusantara | Jl. Jend.Ahmad Yani No. 19 A | |
3 | SD Islam Athirah | Jl. Kajoalalido No. 22 | |
4 | SDN Sudirman I | Jl. Jend. Sudirman No. 7 | H.Muh.Amri Adam,S.Pd |
5 | SD Kartika Wirabuana I | Jl. Dr. Ratulangi No. 57 | |
6 | SD Dian Harapan | Jl.G.Agung 201 | |
7 | SD Hati Kudus Rajawali | Jl. Arief Rate No. 2 | Sr.Febronia Solang,JMJ |
8 | SDN Unggulan Monginsidi I | Jl. Monginsidi No. 13 | Dra.Hj.Sulastri |
9 | SDN Komp. IKIP | Jl. A.P. Petta Rani | Syamsuddin Hasyim D,S.Pd |
10 | SD Inp. Bertk. Mamajang I | Jl. Singa No. 56 | Haryati,S.Pd |
No comments:
Post a Comment